Minggu, 23 Oktober 2011

Kecemasan Matematika Sebagai Tanda Menuju Prestasi....!!

Kecemasan matematika (math anxiety) yang seringkali saya temui selama belasan tahun mengajar, bukanlah kecemasan matematika yang memiliki ciri-ciri sampai mengeluarkan keringat dingin, badan bergetar dan berkali-kali minta ijin pergi ke toilet, bahkan ada yang mengatakan sampai sesak nafas, mual dan pusing, atau ciri-ciri lain yang dapat menghambat proses seorang siswa memahami konsep-konsep matematika. Jika pun ada sikap apatis dari seorang siswa terhadap pelajaran matematika, bukan disebabkan oleh kecemasan matematika seperti yang didefinisikan oleh para ahli, namun lebih kepada sikap menyerah karena merasa tidak akan pernah mampu mencapai hasil seperti yang diharapkan (biasanya terjadi pada siswa yang guru matematikanya hanya menilai kamampuan mereka berdasarkan nilai yang mereka capai dan kurang memiliki mata batin yang tajam atau orang tua dan gurunya sering membanding-bandingkan kemampuan atau prestasi anaknya dengan anak lain atau saudara kandung yang lainnya).

Kecemasan matematika yang seringkali terlihat pada pelajaran matematika adalah rasa cemas yang ditunjukkan melalui usaha para siswa yang terus menerus mencari kepastian, apakah cara yang digunakannya dalam menyelesaikan satu soal matematika sudah tepat menurut gurunya sebelum benar-benar dikerjakan dengan cara tersebut. Mereka juga seringkali menolak untuk mengerjakan soal matematika yang ditugaskan kepadanya di papan tulis, walaupun sesungguhnya mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Bahkan mereka yang telah berhasil mengerjakan soal tersebut di buku latihan pun merasa cemas dan menolak ketika diminta mengerjakannya di papan tulis sebagai contoh bagi siswa lainnya. Jika ditanya mengapa, mereka menganggap bahwa penyelesaian yang mereka buat tidak cukup sempurna untuk dijadikan contoh.

Siswa yang memiliki ciri-ciri kecemasan seperti tersebut diatas cenderung perfeksionis. Perfeksionis itu sendiri merupakan sebuah pola perilaku dan persepsi yang didasarkan pada penempatan harapan dan standar yang sangat tinggi pada diri sendiri (Brewer, 2001). Karakteristik siswa yang perfeksionis cenderung berusaha terlalu keras untuk memenuhi standar kesempurnaan yang tinggi, baik itu yang ditetapkan oleh dirinya sendiri maupun standar yang ditetapkan oleh lingkungan di sekitarnya terhadap dirinya, seperti guru dan orang tuanya.

Dari penelitian yang saya lakukan (Kuntoro, 2007), ditemukan bahwa kecemasan matematika pada siswa dengan skor rata-rata dari perfeksionisme tinggi mempunyai hubungan yang signifikan dengan salah satu dimensinya. Hal inilah yang memungkinkan siswa untuk berprestasi di bidang matematika walaupun dirinya mempunyai kecemasan.

Berdasarkan hal tersebut, guru matematika dan para orang tua seharusnya mewaspadai jika siswa atau anaknya sama sekali tidak memiliki kecemasan dalam pelajaran matematika, karena kemungkinan siswa tersebut tidak memiliki standar prestasi yang hendak dicapai. Karena pada kenyataannya di lapangan, tidak sedikit siswa yang bangga mendapat nilai buruk dalam pelajaran matematika. Terutama terlihat pada siswa yang orang tuanya selalu memaklumi ketidakmampuannya di bidang matematika dan tidak pernah memberikan target pencapaian nilai matematika tertentu untuk anaknya dengan dalih: takut anaknya stress.

Kemudian, apa yang sebaiknya dilakukan agar prestasi belajar matematika para siswa dapat meningkat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita mengubah dulu paradigma tentang perfeksionisme ini, yang akan saya uraikan pada artikel berikutnya yang berjudul: Perfeksionist itu Positif....!!, sebab masih banyak orang yang memandang perfeksionisme secara negatif (bisa benar, bisa tidak benar). Sayang sekali jika senjata paling ampuh ini tidak digunakan untuk mendongkrak nilai matematika para siswa.


Daftar Pustaka

Brewer, A. Lauren. (2001). Perfectionism and Parenting: The relationship of perceived parenting style of parent, attachment, parent status, and gender to parental perfectionism. Disertasi: University of Missouri-Columbia.

Kuntoro, Martuti, 2007. Kontribusi Perfeksionisme Siswa, Dan Persepsi Siswa Terhadap Pola Asuh Orang Tua Siswa dan Karakteristik Guru Pada Kecemasan Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis: Universitas Indonesia - Depok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar