Sabtu, 12 November 2011

Guru Matematika Galak Sebagai Penyebab Kecemasan Matematika?....Itu Pandangan yang Kuno….!!

Jika masyarakat masih menganggap bahwa Guru Matematika itu galak, mereka masih hidup di masa lalu. Di jaman Bimbel dan serba instant seperti sekarang ini, guru matematika yang galak sudah termasuk minoritas. Apalagi di jaman sekarang ini sudah bermunculan sekolah-sekolah baru yang bahkan mensyaratkan penampilan (yang cantik, yang fashionable) sebagai salah satu syarat 'tidak tertulis' untuk menjadi guru di sekolahnya agar kelihatan modern. Sedangkan untuk sekolah yang sudah lama berdiri pun juga sudah berbenah diri, dengan cara mengundang designer terkenal dan memberikan kursus kecantikan sebagai salah satu pelatihan guru-guru yang sudah tergolong senior itu, supaya tidak kelihatan menyeramkan. Karena itu, banyak guru matematika yang telah memperbaiki diri jika ia ingin tetap eksis mengajar, sehingga lebih cocok jika disebut sebagai jaman 'guru matematika yang baik'. Baik dalam arti yang sesungguhnya, yaitu: tidak pernah marah, tidak pernah menghukum, lemah lembut, selalu tersenyum, tidak pernah bersuara keras sehingga jika siswanya kocar-kacir di kelas pun hanya didiamkan saja menunggu sampai mereka sadar sendiri dan duduk, karena dilarang untuk bersuara keras terutama untuk guru matematika.

Anehnya, walaupun guru matematika yang galak dan menyeramkan sudah semakin sedikit, namun prestasi belajar matematika masih tetap saja rendah dan kecemasan dalam pelajaran matematika tetap saja nampak dan sepertinya belum dapat terselesaikan secara tuntas. Kemungkinan hal ini disebabkan karena kita telah salah mengenali ciri-ciri kecemasan yang nampak pada pelajaran matematika. Dari kenyataan ini saja seharusnya sudah dapat dikritisi, bahwa mungkin saja penyebab kecemasan itu bukan kegalakan guru matematika tersebut, namun unsur lain atau kata-kata yang muncul saat seorang guru marah lah yang mungkin tidak sesuai dengan karakteristik siswa, yang menyebabkan sikap apatis siswa dan kemudian menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Karena pada dasarnya, setiap anak ingin tampil sempurna bagi orang-orang di sekitarnya, baik itu guru, orang tuanya atau bahkan teman sebayanya.

Peran guru dalam dunia pendidikan adalah untuk membantu para siswa agar mereka dapat memiliki pengalaman yang berharga, agar siswa dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya, agar siswa mampu menghadapi masalah-masalah yang ada dalam dirinya sendiri, dan agar siswa mampu menerima dirinya sendiri secara utuh. Untuk tugasnya itu guru perlu mengenal dan memahami para siswanya agar dapat memberikan perlakuan yang tepat kepada masing-masing siswanya, namun sebelum guru dapat mengenal dan memahami siswa, guru harus berusaha dan bekerja keras untuk mengenal dan memahami dirinya sendiri, karena seseorang yang mengingkari dan tidak mampu mengatasi keadaan emosi dirinya sendiri kemungkinan besar tidak mampu menghargai dan berhubungan dengan perasaan orang lain (Ryan & Cooper, 1984). Hal ini tidak selalu muncul dalam bentuk kemarahan saja, namun juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang memaklumi ketidakmampuan siswa. Biasanya muncul pada guru yang juga suka mengasihani dirinya sendiri atas kemalangan yang menimpanya.

Jika ingin mengubah karakteristik guru matematika, sebaiknya kita tahu persis apa yang harus diubah. Ibarat seorang pelukis wajah, jika bentuk mulutnya yang belum sesuai dengan unsur-unsur wajahnya (hidung, mata, telinga, dll.), kita hanya perlu mengubah mulutnya saja bukan mengubah unsur-unsur wajahnya yang banyak itu agar sesuai dengan mulutnya. Guru matematika juga manusia, masing-masing memiliki keunikannya, maka perbaikannya juga tidak dapat disama ratakan. jika disama ratakan, akibatnya bisa menjadi salah kaprah. Dalam penelitian yang saya lakukan (Kuntoro, 2007), ingin mengemukakan karakteristik guru yang efektif dari Cruickshank, Bainer, dan Metcalf (1995), dan menggunakannya sebagai tolak ukur untuk melihat dimensi-dimensi mana yang memiliki korelasi dengan kecemasan matematika dan perfeksionisme siswa, serta dimensi-dimensi mana dari karakteristik guru efektif ini yang memiliki kontribusi pada kecemasan matematika dan perfeksionisme siswa. Sebelum kita sampai pada hasil penelitian tersebut, mari kita lihat dahulu dimensi-dimensi karakteristik guru efektif menurut Cruickshank, Bainer, dan Metcalf (1995) pada artikel berikut yang berjudul: Karakteristik Guru Efektif.


Daftar Pustaka:

Cruickshank, Donald R.; Bainer, Deborah L.; Metcalf, Kim K. (1995). The Act of Teaching.USA: McGraw-Hill, Inc.

Kuntoro, Martuti, 2007. Kontribusi Perfeksionisme Siswa, Dan Persepsi Siswa Terhadap Pola Asuh Orang Tua Siswa dan Karakteristik Guru Pada Kecemasan Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis: Universitas Indonesia - Depok.

Ryan, K.; dan Cooper, James M. (1984). Those Who Can Teach, 4th. edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar